Politik    Sosial    Budaya    Ekonomi    Wisata    Hiburan    Sepakbola    Kuliner    Film   
Home » » MERAIH KESUCIAN HATI

MERAIH KESUCIAN HATI

Posted by Mutiara Islam on Tuesday, April 14, 2015


    Hati adalah pusat ilmu dan ketakwaan, cinta dan benci, keragu-raguan dan bencana. Dialah yang mengetahui jalan menuju Allah subhanahu wata’ala, sedangkan anggota tubuh lainnya hanyalah mengikuti dan dan berkhidmat kepadanya. Para salafus-shalih memperoleh kearifan dalam hidupnya tidak lain karena kualitas hati mereka ketika beribadah kepada Allah subhanahu wata’ala, yang suci dan bersih dari noda-noda kemaksiatan, sehingga mereka pun memiliki keistimewaan di sisi Allah subhanahu wata’ala, sungguh Allah telah berfirman:
“yaitu pada hari ketika harta dan anak-anak tidak bermanfaat, kecuali orang yang datang kepada Allah dengan hati yang selamat.” (QS. asy-Syu’aro’: 26).
Hati yang suci adalah hati yang selamat. Hati yang selamat yaitu hati yang terbebas dari kejelekan syahwat/hawa nafsu dan keinginan yang bertentangan dengan perintah Allah subhanahu wata’ala , dan dari setiap syubhat (kerancuan/ketidak jelasan) yang menyeleweng dari kebenaran.
Maka barang siapa yang menginginkan keselamatan bagi hatinya, hendaklah ia membersihkan hatinya dari pengaruh racun-racun di atas dan benalu-benalu kemungkaran. Kemudian menjaganya, jangan sampai ada racun lain mengerogotinya.
Sesuatu yang paling mulia pada jiwa manusia adalah hatinya. Hati mempunyai peran yang sangat penting terhadap seluruh anggota badan, ibarat raja terhadap para prajuritnya. Semua bekerja atas dasar perintahnya dan tunduk kepadanya. Seluruh tubuh adalah pelaksana semua perintahnya yang selalu siap untuk menerima arahanya. Jika hati seseorang baik maka akan baik pula seluruh tubuhnya, namun jika hati seseorang jelek maka akan jadi jelek pulalah seluruh tubuhnya. Sebagaimana sabda Rasulullah shalalahu ‘alahi wasallam (artinya) “ketahuilah, di dalam tubuh ada segumpal daging. Bila baik maka seluruh tubuh pun baik, dan apabila rusak maka seluruh tubuh pun rusak. Ketahuilah, itu adalah hati.” (HR. Bukhori: 52, Muslim: 1599).
Al-Imam al-Iz bin Abdussalam rahimahullah menjelaskan hadis di atas: “apabila hati baik dengan kebaikan dalam setiap keadaan dan mengamalkan kebajikan maka akan baik pulalah seluruh tubuh dengan melaksanakan ketaatan kepada Allah. Namun, apabila hati rusak dengan kejahilan-kejahilan dan jelek dalam beramal di setiap keadaan maka seluruh tubuh pun akan melakukan kefasikan dan kemaksiatan.” (Qowa’idul Ahkam: 1/176).
Alangkah bagus apa yang disampaikan oleh sahabat Abu Hurairah-: “hati adalah raja bagi anggota tubuh. Dan anggota tubuh adalah para prajurut. Apabila raja baik maka prajurit pun baik. Dan apabila jelek maka prajurit pun jelek.” (Majmu Fatawa oleh Syaikh Ibnu Taimiyah: 10/15).

Kunci Meraih Kesucian Hati
Barang siapa yang memperhatikan kebanyakan manusia saat ini, niscaya ia akan menjumpai banyak perkara yang sangat mengherankan. Yaitu kebanyakan orang menaruh perhatian yang berlebihan kepada penampialan lahiriah saja tetapi lalai dari kebutuhan batiniah. Banyak juga orang yang sibuk dengan memperindah amalan ibadah lahir tetapi ia juga lupa dari memperindah ibadah batin. Di samping itu, kita juga menyaksiakan kerumunan orang yang sangat antusias (bersemangat) mengikuti berbagai macam manajemen penyucian hati, seperti majelis dzikir, manajemen qolbu, dan lain-lain. Namun pada hakikatnya terjebak dalam perangkap tasawuf, yang justru makin memperkeruh hati.
Oleh karena itulah, sebagian kaum muslimin umat Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasalla yang bersandar di atas al-Quran dan as-sunnah sudah seyogyanya kita memahami dan mengetahi cara meraih kesucian hati menurut metode Ahlus-Sunnah wal Jamaah.
Inilah di antara hal-hal yang bisa memurnikan hati seseorang:
1.      Memurnikan tauhid kepada Allah
Merealisasikan dan memurnikan tauhid (yaitu beribadah hanya kepada Allah dan tidak menyekutkan-Nya) merupakan wasilah/sarana terpenting untuk meraih kesucian hati.
Ibnul Qayyum-mengatakan: “tauhid adalah sesuatu yang paling lembut, halus, bersih, dan jernih. Maka kotoran sekecil apapun dapat membuat keruh dan mempengaruhinya. Ia bagaikan kain putih yang sangat sensitif terhadap kotoran sekecil apapun. Ia juga bagaikan cermin yang sangat bersih, benda yang paling kecil pun dapat mempangaruhinya.” (al- Fawaid: 184).
Adapun syirik, ia adalah penghapus semua amal ibadah dan mengakibatkan kekekalan di dalam Neraka Jahannam. Selain itu, syirik juga menyebabkan kehinaan dan kenistaan, sebagaimana firman Allah: “janganlah kamu adakan tuhan yang lain di samping Allah- agar kamu tidak menjadi tercela dan tidak ditinggalkan (Allah). (QS. al-Isra’: 22).
2.      Meninggalkan hal-hal yang diharamkan oleh Allah
Dalam masalah ini, Syaikhul-Islam Ibnu Taimiya- berkata: “jiwa dan amal tidak bisa suci, hingga dihindarkan dari hal-hal yang bisa menentangnya. Dan seseorang tidaklah bersih melainkan dengan meninggalkan yang buruk karena ia akan menggerogoti dan mengeruhkan jiwa. Ibnu kutaibah berkata: “firman Allah- yaitu orang-orang yang mengotori hatinya dengan kefasikan-kefasikan maksiat. Orang yang fajir (berbuat dosa) itu telah menghancurkan dan menenggelamkan jiwanya. Sedangkan orang yang berbuat baik, ia telah mengangkat dan meninggikan martabatnya.” (Majmu’Fatawa: 10/629).
3.      Melaksanakan sholat lima waktu
Renungkanlah apa yang disabdakan oleh Rasulullah (artinya) “beritahukan lah kepadaku, seandainya ada sungai di depan pintu seseorang diantara kalian lalu dia mandi di dalamnya setiap hari lima kali, bagaimana pendapatmu, apakah ia masih menyisakan kotoran pada dirinya?” mereka menjawab “dia tentu tidak menyisakan sedikitpun dari kotorannya.” Beliau bersabda: “demikian itulah perumpamaan sholat lima waktu. Dengannya Allah menghapus dosa-dosa.” (HR. al-Bukhori: 528, Muslim: 667).
Inbul Arobi mengatakan: “persamaan dari perulmpamaan hadis di atas adalah sebagaimana kotoran-kotoran yang bersifat materi menodai pakaian dan badannya. Dan hal itu dapat disucikan oleh air yang banyak. Demikian juga sholat lima waktu, ia dapat membersihkan pelakunya dari noda-noda dosa hingga tidak tersisa sedikitpun.” (Fathul Bari: 2/11).
4.      Banyak bersedekah
Allah berfirman, (artinya): “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan do’akanlah untuk mereka. Sesungguhnya do’a kamu itu menjadi ketentraman jiwa mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. at-Taubah: 103).
Syaikhul-Islam Ibnu Taimiyah- berkata: “sesungguhnya zakat itu mengaharuskan adanya thoharoh. Firman Allah yang artinya: “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka dengan zakat itu kamu membersihkan mereka” maksudnya adalah membersihkan dari keburukan-keburukan , sedangkan firman Allah yang artinya: “dan mensucikan mereka” maksudnya adalah mensucikan dengan amal-amal kebajikan.” (Majmu’ Fatawa: 10/634-635).
Amalan Hati
Sesungguhnya semua amalan hati tersebut wajib ditujukan kepada Allah, sebuah kewajiban yang paling agung dan paling penting untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Dengan demikian, apabila amalan hati inilenyap dari dalam jiwa seseorang maka hampalah amalan anggota tubuh lain yang ia kerjakan. Oleh karena itu, amalan hati merupakan pokoknya dan amalan jawarih (anggota badan) merupakan pengikutnya.
Syaikhul-Islam Ibnu Taimiyah- mengatakan: “amalan hati termasuk pokok keimanan dan qowaid ad-din (pondasi agama). Misalnya cinta kepada Allah azza wajalla dan Rasulnya shalallahu ‘alaihi wasallam, tawakkal kepada Allah azza wajalla, mengikhlaskan agama kepadanya, syukur kepadanya, sabar atas segala keputusannya, takut terhadap siksanya, dan mengharao pahala kepadanya, semua ini wajib ditunaikan oleh para hambanya-, yang secara asal mereka semua diperintahkan –berdasarkan kesepakatan para ulama. (Majmu’ Fatawa: 10/5-6).
Ibnul-Qayyim-menuturkan: “barang siapa yang memperhatikan syari’at islam pada pokok dan pondasinya, maka ia akan mengetahui keterkaitan antara amalan jawarih dan (anggota badan) dan amalan hati, amalan jawarih tidak bermanfaat tanpa adanya amalan hati. Ibadah hati lebih agung daripada ibadah anggota ibadah badan lainya dan merupakan kewajiban yang harus dilakukan setiap saat.” (ma’alim fis-suluk: 69).

Jika seorang hamba telah meraih kebeningan hati dan kesucian jiwa maka dia pun akan meraih buah-buah indah darinya, di antaranya:
1. Dicintai oleh manusia
Bila kita memiliki hati yang bersih kepada Allah dan juga sesama manusia, maka Allah akan menjadikan umat manusia mencintainya, sebagaimana firman-Nya: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal shalih, kelak Allah Yang Maha Pemurah akan menanamkan dalam (hati) mereka rasa kasih sayang.” (QS Maryam: 96).
2. Kebahagiaan dan ketenteraman hati
Kebahagiaan adalah suatu impian dan dambaan setiap insan baik pria atau wanita, kecil atau dewasa, miskin atau kaya. Namun, kebahagiaan itu hanyalah diraih dengan iman dan ketaatan bukan dengan dosa serta kemaksiatan. Allah berfirman:
“Barangsiapa yang mengerjakan amal shalih, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS an-Nahl: 97).
3. Meraih surga Allah
Surga adalah tempat kembali yang penuh dengan kenikmatan, sebagai balasan bagi orang-orang yang memiliki hati bersih, pada suatu hari yang tidak bermanfaat lagi harta, takhta, dan anak-anak.
Sesungguhnya mereka yang beriman dan beramal shalih, tentulah Kami tidak akan menyia-nyiakan pahala orang-orang yang mengerjakan amalan(nya) dengan yang baik. Mereka itulah (orang-orang yang) bagi mereka surga ’Adn, mengalir sungai-sungai di bawahnya; dalam surga itu mereka dihiasi dengan gelang emas dan mereka memakai pakaian hijau dari sutera halus dan sutera tebal, sedang mereka duduk sambil bersandar di atas dipan-dipan yang indah. Itulah pahala yang sebaik-baiknya, dan tempat istirahat yang indah. (QS al-Kahfi: 30–31)
Demikianlah, hati memiliki peran yang sangat agung di dalam tubuh seseorang. Terangilah hati kita dengan membaca al-Quran dan mentadabburi makan yang terkandung di dalamnya, mendatangi majelis ilmu. Sesungguhnya jika hati seseorang kosong dari mengingat Allah azza wajalla maka niscaya setan akan masuk sebagai racun yang mengantarkan ke lembah kemaksiatan.
Akhirnya, marilah kita memohon kepada Allah agar Allah memberikan kepada kita hati yang suci, jiwa yang bersih dari noda-noda dan dosa-dosa sehingga kita meraih kebahagiaan di dunia dan akhirat. Amin.

SHARE :
CB Blogger

Post a Comment

 
Copyright © 2015 Mutiara Islam. All Rights Reserved. Powered by Blogger
Template by Creating Website and CB Blogger