Hati adalah pusat ilmu dan ketakwaan,
cinta dan benci, keragu-raguan dan bencana. Dialah yang mengetahui jalan menuju
Allah subhanahu wata’ala, sedangkan anggota tubuh lainnya hanyalah mengikuti
dan dan berkhidmat kepadanya. Para salafus-shalih memperoleh kearifan dalam
hidupnya tidak lain karena kualitas hati mereka ketika beribadah kepada Allah
subhanahu wata’ala, yang suci dan bersih dari noda-noda kemaksiatan, sehingga
mereka pun memiliki keistimewaan di sisi Allah subhanahu wata’ala, sungguh
Allah telah berfirman:
“yaitu pada hari ketika harta dan anak-anak tidak bermanfaat,
kecuali orang yang datang kepada Allah dengan hati yang selamat.” (QS. asy-Syu’aro’: 26).
Hati yang suci adalah hati yang
selamat. Hati yang selamat yaitu hati yang terbebas dari kejelekan syahwat/hawa
nafsu dan keinginan yang bertentangan dengan perintah Allah subhanahu wata’ala ,
dan dari setiap syubhat (kerancuan/ketidak jelasan) yang menyeleweng dari
kebenaran.
Maka barang siapa yang menginginkan
keselamatan bagi hatinya, hendaklah ia membersihkan hatinya dari pengaruh
racun-racun di atas dan benalu-benalu kemungkaran. Kemudian menjaganya, jangan
sampai ada racun lain mengerogotinya.
Sesuatu yang paling mulia pada jiwa
manusia adalah hatinya. Hati mempunyai peran yang sangat penting terhadap
seluruh anggota badan, ibarat raja terhadap para prajuritnya. Semua bekerja
atas dasar perintahnya dan tunduk kepadanya. Seluruh tubuh adalah pelaksana
semua perintahnya yang selalu siap untuk menerima arahanya. Jika hati seseorang
baik maka akan baik pula seluruh tubuhnya, namun jika hati seseorang jelek maka
akan jadi jelek pulalah seluruh tubuhnya. Sebagaimana sabda Rasulullah
shalalahu ‘alahi wasallam (artinya) “ketahuilah, di dalam tubuh ada segumpal
daging. Bila baik maka seluruh tubuh pun baik, dan apabila rusak maka seluruh
tubuh pun rusak. Ketahuilah, itu adalah hati.” (HR. Bukhori: 52, Muslim:
1599).
Al-Imam al-Iz bin Abdussalam
rahimahullah menjelaskan hadis di atas: “apabila hati baik dengan kebaikan dalam
setiap keadaan dan mengamalkan kebajikan maka akan baik pulalah seluruh tubuh
dengan melaksanakan ketaatan kepada Allah. Namun, apabila hati rusak dengan
kejahilan-kejahilan dan jelek dalam beramal di setiap keadaan maka seluruh
tubuh pun akan melakukan kefasikan dan kemaksiatan.” (Qowa’idul Ahkam: 1/176).
Alangkah bagus apa yang disampaikan
oleh sahabat Abu Hurairah-: “hati adalah raja bagi anggota tubuh. Dan anggota
tubuh adalah para prajurut. Apabila raja baik maka prajurit pun baik. Dan
apabila jelek maka prajurit pun jelek.” (Majmu Fatawa oleh Syaikh Ibnu
Taimiyah: 10/15).
Kunci Meraih
Kesucian Hati
Barang siapa yang memperhatikan
kebanyakan manusia saat ini, niscaya ia akan menjumpai banyak perkara yang
sangat mengherankan. Yaitu kebanyakan orang menaruh perhatian yang berlebihan
kepada penampialan lahiriah saja tetapi lalai dari kebutuhan batiniah. Banyak
juga orang yang sibuk dengan memperindah amalan ibadah lahir tetapi ia juga
lupa dari memperindah ibadah batin. Di samping itu, kita juga menyaksiakan kerumunan
orang yang sangat antusias (bersemangat) mengikuti berbagai macam manajemen
penyucian hati, seperti majelis dzikir, manajemen qolbu, dan lain-lain. Namun
pada hakikatnya terjebak dalam perangkap tasawuf, yang justru makin memperkeruh
hati.
Oleh karena itulah, sebagian kaum
muslimin umat Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasalla yang bersandar di atas
al-Quran dan as-sunnah sudah seyogyanya kita memahami dan mengetahi cara meraih
kesucian hati menurut metode Ahlus-Sunnah wal Jamaah.
Inilah di antara hal-hal yang bisa memurnikan hati seseorang:
1. Memurnikan
tauhid kepada Allah
Merealisasikan dan memurnikan tauhid
(yaitu beribadah hanya kepada Allah dan tidak menyekutkan-Nya) merupakan
wasilah/sarana terpenting untuk meraih kesucian hati.
Ibnul Qayyum-mengatakan: “tauhid
adalah sesuatu yang paling lembut, halus, bersih, dan jernih. Maka kotoran
sekecil apapun dapat membuat keruh dan mempengaruhinya. Ia bagaikan kain putih
yang sangat sensitif terhadap kotoran sekecil apapun. Ia juga bagaikan cermin
yang sangat bersih, benda yang paling kecil pun dapat mempangaruhinya.” (al-
Fawaid: 184).
Adapun syirik, ia adalah penghapus
semua amal ibadah dan mengakibatkan kekekalan di dalam Neraka Jahannam. Selain
itu, syirik juga menyebabkan kehinaan dan kenistaan, sebagaimana firman Allah:
“janganlah kamu adakan tuhan yang lain di samping Allah- agar kamu tidak
menjadi tercela dan tidak ditinggalkan (Allah). (QS. al-Isra’: 22).
2. Meninggalkan
hal-hal yang diharamkan oleh Allah
Dalam masalah ini, Syaikhul-Islam
Ibnu Taimiya- berkata: “jiwa dan amal tidak bisa suci, hingga dihindarkan dari
hal-hal yang bisa menentangnya. Dan seseorang tidaklah bersih melainkan dengan
meninggalkan yang buruk karena ia akan menggerogoti dan mengeruhkan jiwa. Ibnu
kutaibah berkata: “firman Allah- yaitu orang-orang yang mengotori hatinya
dengan kefasikan-kefasikan maksiat. Orang yang fajir (berbuat dosa) itu telah
menghancurkan dan menenggelamkan jiwanya. Sedangkan orang yang berbuat baik, ia
telah mengangkat dan meninggikan martabatnya.” (Majmu’Fatawa: 10/629).
3. Melaksanakan
sholat lima waktu
Renungkanlah apa yang disabdakan oleh
Rasulullah (artinya) “beritahukan lah kepadaku, seandainya ada sungai di
depan pintu seseorang diantara kalian lalu dia mandi di dalamnya setiap hari
lima kali, bagaimana pendapatmu, apakah ia masih menyisakan kotoran pada
dirinya?” mereka menjawab “dia tentu tidak menyisakan sedikitpun dari
kotorannya.” Beliau bersabda: “demikian itulah perumpamaan sholat lima
waktu. Dengannya Allah menghapus dosa-dosa.” (HR. al-Bukhori: 528, Muslim:
667).
Inbul Arobi mengatakan: “persamaan
dari perulmpamaan hadis di atas adalah sebagaimana kotoran-kotoran yang
bersifat materi menodai pakaian dan badannya. Dan hal itu dapat disucikan oleh
air yang banyak. Demikian juga sholat lima waktu, ia dapat membersihkan
pelakunya dari noda-noda dosa hingga tidak tersisa sedikitpun.” (Fathul Bari:
2/11).
4. Banyak
bersedekah
Allah berfirman, (artinya): “Ambillah
zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan
mereka dan do’akanlah untuk mereka. Sesungguhnya do’a kamu itu menjadi
ketentraman jiwa mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
(QS. at-Taubah: 103).
Syaikhul-Islam Ibnu Taimiyah-
berkata: “sesungguhnya zakat itu mengaharuskan adanya thoharoh. Firman Allah
yang artinya: “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka dengan zakat itu kamu
membersihkan mereka” maksudnya adalah membersihkan dari keburukan-keburukan ,
sedangkan firman Allah yang artinya: “dan mensucikan mereka” maksudnya adalah
mensucikan dengan amal-amal kebajikan.” (Majmu’ Fatawa: 10/634-635).
Amalan Hati
Sesungguhnya semua amalan hati
tersebut wajib ditujukan kepada Allah, sebuah kewajiban yang paling agung dan
paling penting untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Dengan demikian, apabila
amalan hati inilenyap dari dalam jiwa seseorang maka hampalah amalan anggota
tubuh lain yang ia kerjakan. Oleh karena itu, amalan hati merupakan pokoknya
dan amalan jawarih (anggota badan) merupakan pengikutnya.
Syaikhul-Islam Ibnu Taimiyah-
mengatakan: “amalan hati termasuk pokok keimanan dan qowaid ad-din (pondasi
agama). Misalnya cinta kepada Allah azza wajalla dan Rasulnya shalallahu
‘alaihi wasallam, tawakkal kepada Allah azza wajalla, mengikhlaskan agama
kepadanya, syukur kepadanya, sabar atas segala keputusannya, takut terhadap
siksanya, dan mengharao pahala kepadanya, semua ini wajib ditunaikan oleh para
hambanya-, yang secara asal mereka semua diperintahkan –berdasarkan kesepakatan
para ulama. (Majmu’ Fatawa: 10/5-6).
Ibnul-Qayyim-menuturkan: “barang
siapa yang memperhatikan syari’at islam pada pokok dan pondasinya, maka ia akan
mengetahui keterkaitan antara amalan jawarih dan (anggota badan) dan amalan
hati, amalan jawarih tidak bermanfaat tanpa adanya amalan hati. Ibadah hati
lebih agung daripada ibadah anggota ibadah badan lainya dan merupakan kewajiban
yang harus dilakukan setiap saat.” (ma’alim fis-suluk: 69).
Jika
seorang hamba telah meraih kebeningan hati dan kesucian jiwa maka dia pun akan
meraih buah-buah indah darinya, di antaranya:
1. Dicintai oleh manusia
Bila
kita memiliki hati yang bersih kepada Allah dan juga sesama manusia, maka Allah
akan menjadikan umat manusia mencintainya, sebagaimana firman-Nya: “Sesungguhnya
orang-orang yang beriman dan beramal shalih, kelak Allah Yang Maha Pemurah akan
menanamkan dalam (hati) mereka rasa kasih sayang.” (QS Maryam: 96).
2. Kebahagiaan dan ketenteraman hati
Kebahagiaan
adalah suatu impian dan dambaan setiap insan baik pria atau wanita, kecil atau
dewasa, miskin atau kaya. Namun, kebahagiaan itu hanyalah diraih dengan iman
dan ketaatan bukan dengan dosa serta kemaksiatan. Allah berfirman:
“Barangsiapa
yang mengerjakan amal shalih, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan
beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan
sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik
dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS an-Nahl: 97).
3. Meraih surga Allah
Surga
adalah tempat kembali yang penuh dengan kenikmatan, sebagai balasan bagi
orang-orang yang memiliki hati bersih, pada suatu hari yang tidak bermanfaat
lagi harta, takhta, dan anak-anak.
Sesungguhnya mereka yang beriman dan beramal shalih,
tentulah Kami tidak akan menyia-nyiakan pahala orang-orang yang mengerjakan
amalan(nya) dengan yang baik. Mereka itulah (orang-orang yang) bagi mereka
surga ’Adn, mengalir sungai-sungai di bawahnya; dalam surga itu mereka dihiasi
dengan gelang emas dan mereka memakai pakaian hijau dari sutera halus dan
sutera tebal, sedang mereka duduk sambil bersandar di atas dipan-dipan yang
indah. Itulah pahala yang sebaik-baiknya, dan tempat istirahat yang indah. (QS
al-Kahfi: 30–31)
Demikianlah, hati memiliki peran yang
sangat agung di dalam tubuh seseorang. Terangilah hati kita dengan membaca
al-Quran dan mentadabburi makan yang terkandung di dalamnya, mendatangi majelis
ilmu. Sesungguhnya jika hati seseorang kosong dari mengingat Allah azza wajalla
maka niscaya setan akan masuk sebagai racun yang mengantarkan ke lembah
kemaksiatan.
Akhirnya, marilah kita memohon kepada Allah agar Allah
memberikan kepada kita hati yang suci, jiwa yang bersih dari noda-noda dan
dosa-dosa sehingga kita meraih kebahagiaan di dunia dan akhirat. Amin.
Post a Comment